Arti dan Pengertian Bodhicitta

BODHICITTA berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari dua kata, yaitu: BODHI dan CITTA. Bodhi Berarti: (1) Pengetahuan yang dimiliki BUDDHA, (2) Pengetahuan tertinggi (3) Kebijaksanaan Sempurna, (4) Pencerahan (5) Mahatahu (6) Kebenaran (7) Keadaan seorang Buddha (6) Pengetahuan gaib dari seorang Arahat (7) Pohon kebijaksanaan. Sendangkan Citta berarti: (1) Hati sanubari (2) Pikiran (3) Kesadaran (4) Gagasan (5) Kemauan (6) Maksud (7) Niat.

Pengertian yang sebenarnya dari Bodhicitta sangatlah sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata, tetapi menurut para Pemikir Budhis secara sederhana Bodhicitta dapat dijelaskan sebagai: Pemikiran mengenai bodhi, pemikiran akan pencerahan sempurna, niat atau tekad untuk mencapai penerangan sempurna. Pencerahan sempurna merupakan tujuan tertinggi dalam praktik ajaran Buddha, hanya ketika manusia dapat mencapai pencerahan yang sempurna maka manusia dapat terbebas dari segala bentuk penderitaan serta akan mampu memberikan manfaat yang tiada batasnya kepada seluruh mahluk.

Setiap manusia bahkan setiap mahluk memiliki batin Bodhicitta atau benih-benih ke-Buddhaan, jika manusia telah menyadari potensinya ini serta sekaligus bertekad untuk merealisasikan Bodhicittanya menjadi buah ke-Buddhaan maka suatu saat tingkat pencerahan tertinggipun akan dicapai. Para mahluk yang menyadari potensinya kemudian akan membangkitkan Bodhicittanya dengan cara berikrar atau bertekad untuk mencapai tingkat ke-Buddhaan demi membebaskan semua mahluk. Selanjutnya mereka disebut Bodhisattva mahluk yang selalu berkarya memberikan manfaat kebajikan kepada setiap mahluk.

Seperti manusia yang dapat berjalan dengan baik dan seimbang ketika kedua kakinya dapat menopang dengan kuat, demikian juga kebangkitan Bodhicitta menuju buah ke-Buddhaan juga akan tumbuh dengan baik apabila ditopang oleh kedua faktor utamanya yaitu karuna dan prajna. Karuna merupakan sifat welas asih yang akan menjadi landasan terkuat didalam karya menolong setiap mahluk. Prajna adalah pengetahuan yang mendalam akan sifat-sifat sejati dari seluruh fenomena yang akan memberikan kepastian akan cara-cara yang mahir dan tepat dalam karir memberikan pertolongan kepada setiap mahluk yang berbeda.

Dalam Bhavanakrama Madhya, Acharya Kamalashila menjelaskan:Terdorong oleh welas asih (karuna), para Bodhisattva mengambil sumpah tekad untuk membawa semua makhluk pada kebebasan. Kemudian dengan mengatasi pikiran mementingkan diri sendiri, mereka menjalankan praktik-praktik sulit dengan penuh semangat secara terus-menerus dalam mengumpulkan punyasambhara dan jnanasambhara”(Potowa Center, 2008: 2).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa sifat Karuna dalam diri manusia akan mendasari perbuatan-perbuatan kebajikan tanpa pamrih demi menolong sesama. Ketika manusia memiliki welas asih kepada setiap mahluk maka apapun dapat dilakukan dan dikorbankan demi memberikan kebahagiaan kepada setiap mahluk. Kemudian dengan memiliki prajna atau kebijaksanaan maka manusia akan dapat mengatasi pikiran dan motifasi yang mementingkan diri sendiri. Jika karuna dan prajna dikembangkan bersama akan menghasilkan kemampuan untuk dapat melakukan hal-hal yang tersulit secara terus menerus ketika hendak memberikan bantuan kepada mahluk lain.

         Selanjutnya dalam Bodhicaryavatara, Acharya Shantideva mengatakan:
Mereka yang ingin menghancurkan berbagai pendertiaan keberadaanya dalam samsara
Mereka yang menginginkan (semua mahluk) memperoleh berbagai kebahagiaan,
Dan mereka yang ingin mengalami kebahagiaan yang berlimpah-limpah
Seharusnya tidak mengabaikan Bodhicitta.(Yayasan Bhumisambhara, 2002: 3)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa kesadaran Bodhicitta adalah sumber bagi kebahagiaan yang berlimpah-limpah. Kebahagiaan yang tertinggi yang diajarkan oleh Buddha adalah tercapainya pencerahan Sempurna. Sedangkan kebahagiaan yang lain yang sifatnya sementara adalah kebahagiaan yang biasa yang memiliki sifat semu karena tidak dapat bertahan selamanya. Jika manusia telah memiliki tekad untuk mencapai ke-Buddhaan maka setiap perbuatan kebajikan yang dilakukan akan mendatangkan kebahagiaan batin yang luar biasa. Ibaratnya seseorang yang ingin meraih gelar doktor akan merasakan kebahagiaan dan semangat ketika dihadapkan pada sidang pengujian. Demikian juga manusia yang telah menetapkan tekad untuk mencapai ke-Buddhaan akan selalu merasa bahagia ketika bertemu dengan obyek-obyek sebagai ladang menanam kebajikan.

Bodhicitta adalah benih ke-Buddhaan yang ada dalam diri setiap mahluk, Bodhicitta dalam diri manusia biasa tertutupi oleh kotoran batin, namun kotoran batin tidak akan mencemari kesempurnaanya. Agar Bodhicitta yang terkandung dalam diri manusia dapat mewujud menjadi ke-Buddhaan maka manusia harus berjuang untuk membangkitkan Bodhicitta dengan menyadari keberadaanya serta menyingkirkan sifat-sifat yang menutupinya.

Jika manusia belum memunculkan tekad untuk mencapai pencerahan sempurna berarti belum membangkitkan kesadaran Bodhicitta. Kehidupanya hanya akan diisi dengan pencarian kebahagiaan bagi diri sendiri. Ketika manusia bertekad untuk mencapai pencerahan sempurna demi menolong semua mahluk berarti telah membangkitkan kesadaran Bodhicitta. Kehidupannya akan diisi dengan berbagai karya yang akan menghantar pada pencapaian pencerahan sempurna, selalu mengutamakan kebahagiaan mahluk lain.

Artikel singkat cara membangkitkan Bodhicitta akan dibahas berikutnya......
Semoga bermanfaat. Terimakasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa manusia terlahir miskin

Mengapa manusia terlahir cacat

Vihara aliran mahayana di daerah serpong tangerang