Kesuksesan Spiritual
Jika dalam hidup ini manusia hanya mengejar kesenangan-kesenangan duniawi, memiliki
harta, memiliki tahta, memiliki kemasyhuran nama, memiliki wanita-wanita dan
menikmati pesta hura-hura maka hidup ini akan terasa sangat hampa dan sia-sia.
Berapa batas jumlah harta? Berapa batas tinggi tahta? Berapa batas luasnya
kemasyhuran nama? Berapa batas kepuasan terhadap wanita? Berapa batas besar dan
lamanya pesta?. Jika tak satu manusiapun
mampu memberi batas-batas kesenangan duniawi berarti kesenangan duniawi tidak
ada batasnya, jika kesenangan duniawi tidak ada batasnya sampai kapankah
manusia akan menghentikan pengejaran-pengejaran itu?.
Betapapun hebatnya kesuksesan yang telah dicapai oleh manusia mengenai hal-hal duniawi pada akhirnya hanya akan menimbulkan kebosanan dan kekecewaan. Apapun yang telah diraih oleh manusia pada akhirnya akan dirampas dan dipisahkan oleh kematian, segala kesuksesan yang diraih di dunia ini dalam bentuk-bentuk keduniawian tidaklah dapat menolong pada saat ajal menjemput. Kebenaran tentang adanya saat dimana manusia semua akan meninggal dunia dan terpisah dari hal-hal yang manusia miliki, secara alami membuat manusia harus memikirkan tentang hal-hal yang berkenaan dengan spiritual.
Hyang Buddha telah menunjukkan kebenaran bahwa tujuan
tertinggi dari berjuang dalam spiritual adalah membersihkan batin hingga
mencapai pembebasan. Pembebasan dari kelahiran dan kematian adalah akhir dari
segala penderitaan. Mencapai pembebasan, bebas dari segala kemelekatan dan
bebas dari kelahiran dan kematian. Inilah kesuksesan dalam spiritual yang
sebenarnya.
Cara Mencapai Kesuksesan Spiritual
Buddha telah menunjukkan bahwa setiap
makhluk memiliki benih keBuddhaan,
sehingga setiap makhluk memiliki potensi untuk mencapai KeBuddhaan atau
pembebasan atau mencapai keksuksesan Spiritual. Kesuksesan spiritual dapat
dibangun dalam kehidupan sehari-hari, kesuksesan spiritual tidaklah terpisah
sama sekali dari kehidupan duniawi. Jika manusia telah memiliki keyakinan yang
kuat terhadap Triratna dan kemudian manusia memiliki tekad yang kuat untuk
mengembangkan batinnya agar
mencapai tingkatan spiritual tertinggi maka manusia dapat mengubah kegiatan
duniawi manusia menjadi kegiatan spiritual.
Satu hal yang pasti bahwa pencapaian
spiritual adalah terkikisnya kekotoran batin, terbebasnya batin dari
keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin. Pada umumnya manusia sebagai
umat
awam akan selalu menginginkan kekayaan, kemasyhuran, usia panjang, kehidupan surga,
tetapi kebenaran tetaplah kebenaran bahwa itu semua tidak akan pernah
menghentikan permasalahan-permasalahan. Permasalahan-permasalahan batin manusia akan terhentikan apabila manusia
telah sukses dalam spiritual.
Kesuksesan spiritual adalah
kesuksesan yang tertinggi karena tujuan menjalani spiritual dalam ajaran Buddha
adalah mencapai pembebasan, bebas dari segala kemelekatan, bebas dari kelahiran
dan kematian. Kebebasan ini adalah kebebasan yang tanpa batas, tak akan berubah
dan kekal. Batin manusia hanya akan terbebas dari kemelekatan dan mencapai
pembebasan apabila manusia telah melihat segala hal dan kondisi sebagai mana
adanya. Manusia melekat terhadap hal-hal dan kondisi karena manusia tertipu
pada perwujudan palsunya akibat kebodohan manusia. Manusia melihat ada wanita
cantik yang perlu manusia dambakan, manusia mendengar ada suara merdu yang
perlu manusia kejar, manusia merasa ada sentuhan yang menyenangkan yang perlu
manusia nikmati, manusia mengecap ada rasa makanan yang lezat yang perlu
manusia puaskan, semua ini adalah ilusi yang tertampak nyata bagi manusia. Pada
kebenaran yang sesungguhnya tidak ada hal-hal yang pantas manusia kejar atau
manusia lekati.
Untuk mencapi kesuksesan
spiritual yang tertinggi
manusia harus melihat karakteristik dari segala hal dan fenomena yang
sebenarnya yaitu; segala hal dan fenomena itu dicengkeram Tilakkhana, kalau
manusia mampu memahami ini maka manusia akan mencapai kesuksesan Spiritual.Tilakkhana adalah kebenaran yang mutlak, disadari atau tidak disadari tilakkhana
tetaplah mencengkram dan menguasai, dipahami atau tidak dipahami Tilakkhana
tetaplah nyata. Apabila manusia tidak mampu memahami kebenaran tilakkhana
maka manusia tidak akan pernah terlepas dari kemelekatan, tidak akan pernah
mempunyai rasa puas dengan apa adanya. Namun apabila manusia telah mampu
menekan kekotoran batin kemudian mampu menjernihkan batin maka hasilnya manusia
ini memiliki pandangan benar yang dapat digunakan untuk memahami kebenaran Tilakkhana.
Oleh sebab itu Hyang Buddha memberikan ajaran yang bertahap yaitu; Sila
(Disiplin, Kesucian tingkah laku), Sammadhi (Konsentrasi, ketenangan
pikiran), Panna (Pandangan terang, kesucian batin).
Semua latihan yang
diajarkan Hyang Buddha semua pada akhirnya hanya akan digunakan sebagai
penerangan di dalam batin yang dapat menembus dan memahami kebenaran tertinggi
yaitu kebenaran Tilakkhana. Dengan dipahaminya kebenaran Tilakkhana secara
mendalam berangsur- angsur segala kemelekatan di dalam batin manusia akan
terkikis dan habis.
Sila (kesucian tingkah laku), Samadhi
(kesucian pikiran), Panna (kesucian pandangan), praktek ini adalah jalan
yang membawa pada kesucian. Hyang Buddha memahami kemampuan makhluk-makhluk,
sehingga Hyang Buddha mengajarkan cara praktek yang bertahap. Cara praktek itu
adalah Jalan Ariya Berunsur Delapan. Manusia yang menempuh praktek
Jalan Ariya Berunsur Delapan pertama-tama memiliki pandangan benar
berdasarkan keyakinan yaitu dengan cara belajar dan mendengar. Dengan pandangan
benar ini manusia mempunyai keyakinan terhadap kebenaran hukum sebab akibat,
empat kebenaran mulia, Jalan Utama berunsur delapan dan kebenaran tilakkhana.
Setelah manusia memiliki pandangan benar berdasarkan keyakinan, kemudian mulai
mengembangkan pikiran yang benar yaitu pikiran yang bebas dari, keserakahan,
kebencian, iri hati, niat jahat, kemudian pikiran dikembangkan dalam cinta
kasih, kepuasan dan kedamaian.
Setelah memiliki pikiran benar
manusia dapat memiliki kemampuan untuk mengendalikan ucapan, perbuatan, dan
memilih penghidupan yang benar. Setelah memiliki pikiran benar dan perbuatanya
selalu terkendali manusia itu akan memiliki kegembiraan, kedamaian, terbebas
dari gangguan. Kegembiraan dan kedamaian menimbulkan semangat untuk terus
membersihkan segala niat dari hal-hal yang buruk dan mengembangkan tekad-tekad
kebajikan mental.
Dengan memiliki kedamaian, semangat,
dan perhatian benar terhadap segala perbuatan jasmani dan batin, kemudian
menerapkannya secara terus-menerus hingga akan menghasilkan samadhi yang
benar. Dengan samadhi yang benar, dimana pikiran mencapai konsentrasi
yang tak tergoyahkan yang akan menumbuhkan pikiran yang murni, Dengan pikiran
yang murni ini akan memunculkan pandangan terang, dengan pandangan terang
manusia akan memahami secara langsung bahwa semua bentuk dan fenomena
dicengkram tilakkhana yaitu: segala bentuk dan fenomena tidak kekal, karena segala bentuk dan
fenomena tidak kekal jika melekat padanya akan menimbulkan ketidakpuasan,
kekecewaan, ratap tangis, yang tiada akhir, inilah kenyataan bahwa semua bentuk
dan fenomena mengandung dukkha. Segala bentuk tidak kekal selalu berubah
setiap saat, tidak dapat dipertahankan, tidak dapat dikuasai, inilah kenyataan
bahwa semua bentuk dan fenomena adalah kosong tanpa aku yang kekal, kosong
tanpa inti yang kekal. Setelah memahami kebenaran ini, muncullah rasa bosan
terhadap segala bentuk dan fenomena, kemudian munculah pelepasan terhadap
segala nafsu keinginan dan kemelekatan, terciptalah kebebasan dan dicapailah
kebahagiaan sejati.
Perenungan terhadap ketidakkekalan
juga akan membuat manusia maju dalam spiritual. Merenungkan kebenaran
ketidakkekalan sangat baik bagi manusia yang melatih kehidupan spiritual,
Buddha menjelaskan bila seorang
benar-benar mantap dalam memahami ketidakkekalam maka akan melihat enam manfaat,
enam manfaat tersebut adalah; semua bentukan akan tampak sebagai tidak kekal,
pikiran tidak akan bergembira di dalam apapun yang bersifat duniawi. Pikiran tidak
akan terikat pada keadaan seluruh dunia. Pikiran akan cenderung menuju Nibbana.
Belenggu-belenggu akan dibuang.
Dengan merenungkan kebenaran
ketidakkekalan akan menimbulkan pengetahuan bahwa semua bentukan adalah tidak
kekal, selalu berubah terus-menerus. Karena meyadari semua selalu berubah
timbullah kesadaran bahwa segala bentuk yang dilekati tidak dapat dijadikan obyek
kepuasan. Jika menyadari bahwa semua bentukkan tidak akan dapat memuaskan
timbullah pengertian adanya kesia-siaan dalam kemelakatan terhadap bentuk dan
fenomena, kemudian akan ditinggalkannya kemelekatan terhadap segala bentuk di
dunia, kemudian pikiran menjadi bebas dan mencapai kebahagiaan yang sempurna.
Selanjutnya untuk mencapai kesuksesan
spiritual maka manusia juga dapat merenungkan tentang kenyataan adanya dukkha.
Dalam Anguttara Nikaya Buddha menjelaskan tentang enam manfaat merenungkan
kebenaran tentang dukkha, yaitu; persepsi kemuakan akan muncul di dalam diri terhadap
semua bentukan, dapat melihat kedamaian di dalam nibbana, kecenderungan-kecenderungan
yang mendasari akan tercabut akarnya, akan menjadi manusia yang telah menyelesaikan
tugasnya, dan akan melayani Sang Guru dengan cinta kasih.
Berdasarkan penjelasn Buddha tentang
perenungan terhadap kebenaran dukkha dapat dijelaskan bahwa dengan merenungkan
kebenaran tentang dukkha, manusia akan meyadari bahwa dalam semua bentuk
dan fenomena mengandung dukkha. Dengan memahami bahwa semua bentukan
adalah dicengkeram dukkha, timbullah kemuakkan pada semua bentukkan,
yang menumbuhkan ketidakmelekatan pada dunia. Dengan tidak adanya kemelakatan
terciptalah kebebasan dan kedamaian terhapuslah semua kekotoran batin.
Selanjutnya untuk mencapai kemajuan
dalam kesuksesan spiritual juga harus merenungkan tentang kebenaran anatta.
Buddha menjelaskan bila manusia melihat enam manfaat ini, sudahlah cukup
baginya untuk memantapkan persepsi tanpa diri di dalam semua hal tanpa kecuali.
Apakah yang enam itu ? aku akan menjauh dari seluruh dunia.
Pengertian-pengertian “aku” akan lenyap di dalam diriku. Pengertian-pengertian
“milikku” akan lenyap di dalam diriku. Aku akan memiliki pengetahuan yang tidak
umum. Aku akan dengan jelas mengerti sebab-sebab dan fenomena yang muncul dari
sebab-sebab yang saling bergantungan.
Berdasarkan penjelasan Buddha tentang
manfaat merenungkan kebenaran anatta dapat dijelaskan bahwa dengan merenungkan
ketanpa-akuan di dalam semua bentukkan, manusia akan menjauhkan diri dari
segala bentukan. Pandangan salah terhadap keakuan akan lenyap, pandangan salah
terhadap kepemilikan akan lenyap. Pandangan terang bahwa segala apapun yang
dikumpulkan dilekati pada akhirnya akan terpisah dari manusia, dan manusia
harus tidak melekat secara membuta terhadap segala bentukan dan fenomena.
Pandangan jelas terhadap segala sesuatu yang saling bergantungan akan muncul.
Pandangan terang bahwa segala bentukan muncul karena sebab-sebab yang saling
bergantungan tanpa adanya eksistensi terpisah. Demikianlah manfaat memahami
kebenaran Tilakkhana yaitu hilangnya nafsu keinginan tercapailah
kebahagiaan sejati.
Dari urain diatas dapat dipahami
bahwa untuk mencapai kesuksesan spiritual manusia harus memiliki dan melakukan
hal sebagai berikut:
- Memiliki keyakinan yang sempurna terhadap Triratna
- Menjalankan kehidupan dengan sila yang sempurna
- Menjalani hidup dengan penghidupan yang benar
- Mengembangkan batin dengan Samadhi hingga sempurna
- Mencapai kebijaksanaan hingga menembus hakikat segala hal dan fenomena yang dicengkram tilakkhana
- Membebaskan batin dari segala kemelekatan.
Demikian artikel singkat ini semoga bermanfaat.
Terimakasih
Komentar