Sila Sebagai Panduan Hidup Benar

Sila pada awalnya diajarkan secara tegas oleh Hyang Buddha dalam Kotbahnya yang pertama Dhammacakkappavattana Sutta sebagai berikut:

“idam kho pana bhikkhave dukkhanirodhagamini patipada ariyasaccam ayameva ariyo atthangiko maggo seyyathidam sammaditthi sammasankappo, sammavaca sammakammanto sammaajivo, samma vayamo sammasati sammasamadhi”

Artinya;
Sekarang, O, para Bhikku, kebenaran mulia tentang jalan yang menuju terhentinya penderitaan, tiada lain adalah jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu; pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar. (Sangha Theravada Indonesia, 2005:144, 149)

Berdasarkan kutipan sabda Buddha di atas dapatlah dimengerti bahwa manusia secara alami memiliki keinginan yang sama yaitu terbebas dari penderitaan, untuk dapat lepas dari berbagai penderitaan maka manusia haruslah melaksanakan atau menempuh jalan yang dapat menghantarkannya ke kebebasan dari penderitaan itu. Buddha sejak awal telah menunjukkan jalan untuk mencapai pembebasan dengan mengajarkan jalan arya berunsur delapan, dalam jalan arya ini terdapat tiga unsur yang merupakan praktek pelaksanaan sila, yaitu: ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar.

Selanjutnya dalam Ovadapatimokkhadi Patha dijelaskan sebagai berikut:

kathanca hetthimena pariyayena, silam sammadakkhatam bhagavata. idha ariyasavako panatipata pativirato hoti, adinnadana pativirato hoti, kamesu micchacara pativirato hoti, musavada pativirato hoti, surameraya-majja-pamadatthana pativirato hoti’ti. evam kho hetthimena pariyayena, silam sammadakkhatam bhagavata. (Sangha Theravada Indonesia, 2005:171, 174)

Artinya:
Bagaimanakah sila telah diajarkan dengan sempurna oleh sang Bhagava dengan uraian tingkat dasariah? Sang Bhagava bersabda, “di ajaran ini, siswa ariya adalah ia yang: menghindari pembunuhan mahluk hidup, menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan, menghindari perbuatan asusila, menghindari ucapan bohong, dan menghindari minuman keras, zat-zat yang menyebabkan lemahnya kewaspadaan.”demikianlah sila diajarkan dengan sempurna oleh sang Bhagava dengan uraian tingkat dasariah.

Dalam Ovadapatimokkhadi Patha di atas secara tegas diuraikan secarai terinci tentang pelaksanaan sila yang harus dijalankan agar memperoleh kebahagiaan, kedamaian, keselamatan dan pembebasan. Melaksanakan sila berarti kita memahami hakikat kita sebagai makhluk  luhur yang memiliki hubungan dengan alam dan sesama makhluk hidup. Kutipan Sabda Buddha di atas menunjukkan dasar-dasar  praktek yang harus diterapkan dalam kehidupan umat Buddha yang mengingnginkan keselamatan dan kebahagiaan.

Secara umum pengananut ajaran Buddha dapat dilihat dalam dua kelompok, yaitu: kelompok umat Buddha yang mempraktekkan ajaran Buddha dengan menjalani hidup sebagai pertapa (pabbajjita) dan umat yang mempraktekkan ajaran Buddha dengan menjalani hidup sebagai perumah tangga (Gharavasa). Hidup sebagai pertapa dengan mempraktekan ajaran Buddha dengan sempurna akan membuahkan kebahagiaan hingga mencapai pembebasan, demikian juga dengan hidup sebagai perumah tangga kemudian mempraktekan ajaran Buddha dengan sempurna juga akan membuahkan kebahagiaan hingga mencapai pembebasan.

Menurut hal yang baik bahwa manusia yang disebut sebagai umat Buddha adalah mereka yang telah mendengarkan, memahami dan meyakini ajaran Buddha kemudian secara benar menyatakan berlindung kepada Buddha, Dharma, Sangha. Buddha dengan penuh cinta kasih turun kedunia kemudian membabarkan ajaranya adalah untuk menolong dan membebaskan makhluk-makhluk dari roda samsara untuk mencapai pembebasan. Untuk mencapai pembebasan tidaklah cukup hanya dengan mengaku sebagai penganut ajaran Buddha, tetapi manusia harus benar-benar mempelajari ajaran Buddha, memahami ajaran Buddha, meyakini ajaran Buddha dan mempraktekan ajaran Buddha dengan setulus hati hingga benar-benar mencapai pembebasan.

Ajaran Buddha adalah ajaran kebenaran yang Universal yaitu ajaran yang dapat dipraktekan oleh semua makhluk tanpa membedakan. Baik para Bhikku ataupun para perumah tangga semuanya diperkenankan untuk mempelajari seluruh ajaran Buddha demi kebajikan. Dharma tidak pernah dibagi-bagi untuk kelompok, Dharma adalah kebenaran yang dapat direalisasi oleh semua makhluk baik Bhikku ataupun perumah tangga.

Buddha adalah guru yang sempurna, guru yang memiliki kemampuan sempurna untuk membimbing setiap makhluk sesuai dengan keberadaanya masing-masing. Dengan kebijaksanaanya yang sempurna maka Buddha telah memberikan suatu pedoman hidup yang sangat sesuai bagi para Bhikku dan para perumah tangga. Para Bhikku yang telah bertekad untuk mengabdikan hidupnya dalam pelaksanaan dharma secara intensif mengambil jalan meninggalkan kehidupan berumah tangga, sesuai dengan kehidupan yang mereka jalani maka Buddha memberikan aturan hidup yang sesuai dengan kehidupan pertapa. Hal ini dilakukan Buddha demi kebahagiaan dan kelancaran para Bhikku dalam perjuanganya untuk mencapai pembebasan.

Manusia yang mempraktekkan ajaran Buddha tetapi masih menjalani hidup sebagai perumah tangga juga memiliki cara-cara hidup yang telah diajarkan oleh Buddha. Cara-cara hidup yang telah diajarkan Buddha merupakan panduan hidup yang sangat sesuai bagi kemajuan batin para perumah tangga yang juga ingin mencapai pembebasan. Perbedaan cara hidup yang telah diajarkan oleh Buddha untuk para Bhikku dan para perumah tangga bukanlah suatu bentuk perbedaan diskriminatif, melainkan suatu cara yang Bijaksana berdasarkan kesesuaian kondisi masing-masing hidup yang dijalani.

Para Bhikku menjalani hidup dengan berpedoman pada cara hidup yang sesuai bagi kehidupan pertapa yaitu Anagariya Vinaya, hal ini akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pencapaian pembebasan yang menjadi tujuan. Para perumah tangga menjalani hidup dengan berpedoman pada cara hidup yang sesuai bagi kehidupan berumah tangga yaitu Agariya Vinaya, hal ini akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi para perumah tangga untuk mempraktekkan Dharma sesuai kemampuan mereka hingga tercapainya tujuan yang tertinggi.


Demikian artikel singkat ini, semoga bermanfaat
Terimakasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa manusia terlahir miskin

Mengapa manusia terlahir cacat

Vihara aliran mahayana di daerah serpong tangerang